p>The condition of Palestine which has been occupied by Israel for a long time and has yet to be resolved, encourages poets to give birth to literary works in which echoed the suffering experienced by the Palestinian people. One of them is the poem of Maḥmūd Darwīsy entitled "Qaṣīdatu Al-Arḍi" in anthology Al-Aʻmālu Al-Kāmilatu. The poem reflects the message of revealing encouragement for the community in fighting for the Palestinian homeland and bringing up Palestinian nationalism. Therefore, the aim of this study is to uncover the meaning of this poem in relation to defending the Palestinian territories and uniting the nationalism of the people. The theory used in this research is the semiotic theory, which is a discipline that views the poem "Qaṣīdatu Al-Arḍi" in anthology Al-Aʻmālu Al-Kāmilatu as a semiotic marker where the meaning signified requires deeper analysis. Methodologically, this study uses the Michael Riffaterre semiotic model, a method that reveals the meaning of poetry technically using indirect expressions, heuristic readings, and hermeneutic readings. The results of this study found that this poem implies the struggle of the Palestinian people in defending their homeland where the action was manifested in large-scale demonstrations but unfortunately it did not even have any impact. Therefore, the only effective way to do it is by telling it through literary works such as in the title "Qaṣīdatu Al-Arḍi" in the anthology of AlAʻmālu Al-Kāmilatu. The work is a reflection of the suffering of the Palestinian people represented by the author, Maḥmūd Darwīsy, a Palestinian writer.
PuisiDoa Untuk Palestina Dan Suriah Serta Negara Muslim di Landa Konflik. Bagaimana cerita puisi untuk palestina dan negara Islami yang kondilik dalam bait saja emabun di Banten, untuk lebih jelasnya disimak saja berikut ini. Sajak Embun Di Banten Satria Panji Elsparrow. Pagi ini .. Mentari pun masih bermanja bersama rintihan jangkrik ..
Jakarta, MINA – Aktivis Muslimah Palestina, Edrida Pulungan yang juga seorang Sastrawati dan delegasi Paris Peace Forum 2019 membacakan puisi pada Konferensi Perempuan Internasional untuk pembebasan Al-Aqsa dan Palestina IWCLA. Puisinya berjudul “The Voice from Hashanon” yang memaparkan kekuatan perempuan Palestina yang pemberani, tak kenal menyerah dalam perjuangan untuk tanah airnya dan masjid Al-Aqsa. Konferensi bertema “Bergerak Berjamaah Membela Perempuan dan Anak-anak Palestina” tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Kemanusiaan yang konsen pada isu Palestina, Aqsa Working Group AWG pada Kamis 17/3 secara hybrid daring dan luring, diselenggarakan di Hotel Sofyan Cut Meutia, Cikini, Jakarta Pusat. Edrida Pulungan, lahir di Padang Sidempuan, Sumatera Utara, pada 25 April 1982. Ia merupakan Alumnus S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, S1 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, S2 Hubungan Internasional, Universitas Paramadina dan S2 Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, menjadi salah satu staff di Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Edrida dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar, dan terhimpun dalam berbagai antologi. Edrida merupakan pendiri Lentera Pustaka Indonesia, beberapa puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Turki. Berikut Puisi berjudul “The Voice from Hashanon” I was here in Hashanon Near the city of Haifa and Ramallah I kissed my daughter before leaving I see the moon and sun in their eyes I try wipe their tears and hug them deep I hope they can feel the warm in my heart Not the cops of the dusty prison and cold food My children, All of you the flame of my life I was thankful for sharing history of Al Quds land for you Share the value of victory and the surrender for Allah They should know the meaning of Justice and humanity They should know the history your mother With roses in her hand to take care you with love With pen as her gun to write the truth and poetry In Hasharon time was flush I was arrested and will count my time until 14 years in my future I will write thousand poem with blue moon When hear the first cry of my baby and tell the lullaby story Enjoy the breakfast with piece of bread and potato Without fear when bombing like orchestra When you can take from your home and arrested How should I share you a good for history When all life sending many tears Remindal all short happiness with family in memory My name is Lama Khatir Palestinian female prisoners was take out from my home Bring to prison from Ashqalan to Hasharon I wrote from my small room with many Dear sir, Prison was comfortable place Life and dead was the same for me and remind for Allah’s guarding My heart will never broken into hundred parts I will get the freedom of expression, worship and welfare In the Holy Land of Baitul Maqdis We are all Mary We are sending a big message of peace We are women of Al-Quds are not alone In the Holy Land of Al-Quds I send you my piece of poet with sweet dreams Collect the memory in mind the beauty of heaven Istiqlal Mosque, Jakarta, Indonesia March 8 th, 2022 By Edrida Pulungan Filosofi Puisi “The Voice from Hashanon” Edrida saat diwawancarai MINA menjelaskan, makna filosofi daripada puisi tersebut menggambarkan bahwa perempuan Palestina itu perempuan yang pemberani. Ketika mereka ditarik paksa dari rumahnya untuk dibawa ke penjara, dia masih memberikan energi yang kuat untuk anak-anaknya, suaminya, keluarganya, atau mungkin meninggalkan tempat kerja dan kebebasannya. “Mereka itu sudah tidak punya lagi rasa takut, kalau misalnya kita menangis mereka sudah biasa, maka itu bisa menjadi motivasi kita dan juga harus ditebarkan ke semua perempuan di dunia. Mungkin kalau dibandingkan dengan Indonesia sangat berbeda, negara Indonesia Alhamdulillah masih aman tentram walaupun banyak tantangan,” jelasnya. Menurutnya, puisi ini memiliki makna tersirat dan tersurat, walaupun mereka tidak bisa bebas tapi mereka mengirimkan sinyal-sinyal keberanian, karena mereka yakin pertolongan Allah selalu ada. “Anak-anak Palestina sudah tidak bisa merasakan masa kecil mereka, zionis Israel merampas satu persatu memori pada seorang anak di muka bumi yang sampai sekarang negara manapun tidak mampu untuk memberikan kebebasan kepada mereka, kita harus mengutuk apapun yang merampas kehidupan dan hak asasi manusia,” ujarnya. Edrida Pulungan berharap seluruh pemuda dan pemudi Indonesia dapat berpartisipasi dalam pembebasan Masjidil Aqsa. Pemuda dan pemudi merupakan sosok yang paling berpotensi menjadi agen perdamaian, karena masih melihat sesuatu itu dengan visi idealisme. “Cara yang dapat dilakukan salah satunya yaitu menyuarakan dengan karya, bisa dengan lukisan, puisi, dan film maker. Tidak hanya pemuda Indonesia saja yang dapat melakukan, pemuda yang ada di seluruh dunia juga bisa apalagi sekarang sudah sangat canggih teknologinya,” katanya. A/Bad/R12/P1 Mi’raj News Agency MINA
Kunjunganpemukim ke kompleks al-Aqsa dilanjutkan setelah penangguhan tiga Friday,7 Muharram 1444 / 05 August 2022 Jadwal Shalat. Mode Layar. Al-Quran Digital. Indeks Timur tengah Palestina Eropa Amerika Asia Afrika Jejak Waktu Australia Plus DW. Ekonomi.
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu Tapi azan Masjid Al-Aqsa yang merdu Serasa terdengar di telingaku Bait di atas merupakan potongan puisi berjudul “Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu” karya Taufik Ismail. Puisi ini berhasil menghipnotis puluhan kepala negara ketika dibacakan pada jamuan makan malam kenegaraan jelang KTT Luar Biasa soal Palestina dan Al-Quds Al-Syarif di Jakarta, pada 6 Maret 2016. Puisi tersebut menceritakan tentang Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam yang terus dihinakan oleh Zionis melalui agenda Yahunisasi yang mereka lakukan, yang hingga detik ini tidak kunjung usai.[1] Masjid Al-Aqsa merupakan sebutan untuk kompleks suci seluas 35 hektar yang terletak di Kota Tua Al-Quds. Al-Aqsa merupakan masjid yang istimewa, bahkan kelebihan masjid ini langsung disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 1. سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Kompleks Masjid Al-Aqsa Sumber Ayat tersebut mengisahkan peristiwa Isra’ Mi’raj yang merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid Al-Haram, menuju Masjid Al-Aqsa, kemudian menuju ke Sidratul Muntaha atau langit ke tujuh tempat singgasana Allah berada. Peristiwa tersebut terjadi tidak lama setelah hijrahnya Rasulullah ke Madinah yaitu pada 27 Rajab tahun ke-7 Hijriyah. Di dalam ayat ini, dijelaskan bahwa dipilihnya Masjid Al-Aqsa sebagai tempat pijakan Rasulullah sebelum Mi’raj bukanlah tanpa alasan. Al-Aqsa dipilih karena berbagai keutamaan, terutama keberkahannya. Secara bahasa, kata barakah memiliki arti kebahagiaan, pertumbuhan, dan kenikmatan, sedangkan secara istilah, barakah memiliki arti keberkahan yang membawa kekuatan untuk mendapatkan kelapangan hidup dan adanya nilai tambah berupa amal saleh yang memberikan dampak positif terhadap kehidupan. Di dalam tafsir Al-Munir, keberkahan Al-Aqsa yang dimaksud pada ayat ini adalah keberkahan agama dan keberkahan dunia. Keberkahan agama karena Al-Aqsa merupakan tempat para nabi alaihimussalam berdoa, sedangkan keberkahan dunia karena wilayahnya dikelilingi oleh sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, dan buah-buahan yang menjadi sebab berlangsungnya kehidupan. Akan tetapi, kata barakah yang mendefinisikan kebahagiaan, kenikmatan, dan kebaikan tersebut pada kenyataannya tidak sejalan dengan apa yang terjadi di Masjid Al-Aqsa seperti yang tergambar pada potongan puisi Taufik Ismail. Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki Bagai kelakuan reptilia bawah tanah Dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua Serasa runtuh lantai papan surau Tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan Yang air gunungnya bening kebiru-biruan Kini ditetesi air mataku. Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu Al-Aqsa telah menjadi wilayah yang diperebutkan sejak waktu yang sangat lama. Pada 1947, PBB menetapkan Partition Plan yang membagi wilayah Palestina menjadi dua, yaitu 55 persen untuk umat Yahudi, sementara umat Islam hanya mendapatkan 45 persennya. Sementara itu, kota Al-Quds yang merupakan tempat berdirinya Masjid Al-Aqsa diberikan status khusus di bawah naungan PBB dengan alasan “merupakan situs penting bagi tiga agama”. Pada 1948, perang Arab-Israel pecah. Israel yang memenangkan pertempuran merebut 78 persen wilayah Palestina. Pada tahun itu juga, Israel mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai “negara” yang berdiri di atas tanah negara lain, tanah Palestina. Pada 1967, perang Arab-Israel 2 kembali pecah, Israel mengambil kendali atas Al-Quds Timur, termasuk Kota Tua dan Masjid Al-Aqsa. Sejak itu, Israel semakin gencar mengusir penduduk Palestina, terutama di Al-Quds, dengan memberlakukan kondisi yang sulit bagi mereka. Penduduk Palestina yang lahir di Al-Quds tidak pernah diberikan status kewarganegaraan, lain halnya dengan orang Israel yang lahir di sana. Hal tersebut dilakukan guna memudahkan mereka untuk mengusir penduduk dari rumahnya, kemudian menjadikannya tempat untuk membangun permukiman Israel. Pada 1969, Masjid Al-Aqsa dibakar oleh zionis, mengakibatkan hangusnya mimbar kayu hadiah dari Shalahuddin Al-Ayyubi. Tak hanya membakar, zionis juga menghalangi penduduk yang berusaha memadamkan api dengan cara memutus aliran pompa dan selang air, serta tidak mengizinkan mobil pemadam kebakaran untuk masuk dan memadamkan api.[2] Setelah itu, pada 1980, Israel dengan lancangnya mengeluarkan undang-undang yang menyatakan bahwa Al-Quds merupakan ibu kota Israel. Pernyataan ini ditentang oleh dunia internasional karena dianggap telah melanggar hukum internasional. Akan tetapi, usaha Israel untuk berusaha menguasai Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa tidak pernah berhenti. Yahudinisasi terus dilancarkan. Para pemukim terus memasuki Al-Aqsa dengan perlindungan dari tentara Israel. Semakin hari, jumlah mereka semakin banyak, mengganggu ibadah umat Islam dengan tindakan-tindakan provokatif, salah satunya dengan membaca kitab talmud ketika umat Islam sedang beribadah. Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina mengatakan bahwa sepanjang 2021, sebanyak pemukim Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa, dan jumlah ini terus bertambah dari waktu ke waktu. Tak hanya menyerang secara verbal, Israel juga seringkali melakukan penyerangan fisik terhadap penduduk Palestina di Al-Aqsa. Mereka menangkap para Murabithah, perempuan penjaga Masjid Al-Aqsa, kemudian menjebloskan mereka ke penjara tanpa alasan dalam jangka waktu yang lama. Bahkan anak-anak pun diserang dengan peluru hanya karena bermain bola salju di sekitar kompleks Al-Aqsa.[3] Namun, meski akses ke Masjid Al-Aqsa tidak mudah, hal tersebut tidak pernah menyurutkan semangat penduduk Palestina untuk beribadah di masjid yang menjadi kiblat pertama umat Islam ini. Suasana Salat Jumat di Masjid Al-Aqsa Sumber Al-Qastal Pada momen Pekan Al-Aqsa Internasional ini, kita kembali diingatkan bahwa hingga kini zionis masih berusaha menghinakan Masjid Al-Aqsa dengan berbagai upaya Yahudinisasi yang mereka lakukan, menutupi keberkahan Al-Aqsa yang seharusnya bisa dirasakan oleh setiap orang. Ingatlah bahwa Masjid Al-Aqsa tidak membutuhkan kita karena Allah sendiri yang menjaganya, tapi kitalah yang butuh untuk terus menjaga Al-Aqsa, agar kelak kita dapat bersaksi di hadapan Allah bahwa kita peduli dan tidak meninggalkan Al-Aqsa sendiri. [1] Baca kisah lainnya dalam [2] Selengkapnya di [3] Selengkapnya di Salsabila Safitri, Penulis merupakan Staf Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI. Sumber *** Tetaplah bersama Adara Relief International untuk anak dan perempuan Palestina. Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina. Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.
c4kC. lp5hwrs0ay.pages.dev/103lp5hwrs0ay.pages.dev/319lp5hwrs0ay.pages.dev/533lp5hwrs0ay.pages.dev/123lp5hwrs0ay.pages.dev/84lp5hwrs0ay.pages.dev/76lp5hwrs0ay.pages.dev/284lp5hwrs0ay.pages.dev/248
puisi untuk palestina al aqsa