Bagiandari rangkaian hadist ini dikuatkan oleh beberapa hadist, meski sebagian besar dari kisah ini bersumber dari kisas-kisah Israiliyat. Imam Ahmad mengatakan, "Abdush Shamad bercerita kepada kami, Hammad bercerita kepada kami, dari Tsabit, dari Anas, Nabi SAW bersabda, 'Saat Allah menciptakan Adam, Allah membiarkannya selama yang ia
Terdapat riwayat sebutkan ular terlaknat dan tidak masuk surga. Ilustrasi ular KAIRO— Berbagai kisah tentang Nabi Adam AS dan Hawa banyak berkembang di masyarakat. Terutama tentang bagaimana Nabi Adam diusir dari surga karena melanggar larangan Allah ﷻ setelah mendapat bisikan buruk dari iblis. Ada versi kisah yang menyebutkan bahwa iblis bisa masuk ke surga dan membisiki Adam karena bantuan dari hewan ular saat itu. Iblis dikisahkan bersembunyi di antara taring ular untuk bisa masuk ke surga dan menggoda Nabi Adam AS. Karena peristiwa ini, konon ular menjadi hewan terlaknat karena berkontribusi atas terusirnya Adam. Dalam sebuah hadits yang ternyata sangat lemah sanadnya, ular disebut sebagai hewan yang harus dibunuh karena menjadi salah satu makhluk penyebab terusirnya Adam. Dari semua kisah dan riwayat di atas, benarkah cerita dan nasib ular sebagai hewan terlaknat? Dilansir dari Elbalad, cerita di atas merupakan kisah Israiliyat atau berasal dari orang-orang Israel sejak dulu. Ada juga ahli kitab yang memberikan kisah dengan versi demikian dan Ibnu Abas juga tidak meriwayatkan hadits tersebut. Penasihat Fatwa Mesir, Dr Majdy Ashour juga mengatakan, narasi bahwa ular terlaknat dan menjadi hewan yang tidak masuk surga adalah tidak benar. Hewan-hewan memang akan hadir saat hari kebangkitan, tapi bukan untuk dihitung amal dan kesalahannya, melainkan untuk menjadi saksi atas dirinya jika pernah terzalimi selama di dunia Terkait kisah Nabi Adam AS, Allah SWT berfirman فَوَسْوَسَ لَهُمَا ٱلشَّيْطَٰنُ لِيُبْدِىَ لَهُمَا مَا وُۥرِىَ عَنْهُمَا مِن سَوْءَٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَىٰكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةِ إِلَّآ أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ ٱلْخَٰلِدِينَ Artinya “Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal dalam surga.” QS Al A’raf 20. Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada surat atau riwayat hadits yang menyebutkan tentang kisah ular yang terlaknat karena membantu iblis menggoda Nabi Adam AS. Semua narasi itu bersumber dari kisah Israiliyyat yang tidak ada bukti dalam ayat Alquran dan hadits Rasulullah ﷺ. Sumber
IbnuAbbas, Ibnu Mas'ud, dan beberapa sahabat Nabi lainnya berkata: "Dan Dia mengutuk ular itu, memotong kakinya, membuatnya berjalan di atas perutnya, dan membuat tanah sebagai rizkinya. Dia menjatuhkan Adam, Hawa, Iblis, dan ular itu ke bawah (bumi)." (PH) Bersambung ke: Kisah Tentang Adam (9): Tempat Dijatuhkannya Adam
Berikut adalah cerita atau kisah dari Nabi Adam AS. Semoga cerita super singkat ini dapat memberikan inspirasi bagi Kita semua. Nabi Adam adalah manusia pertama yang diutus Allah ke dunia ini. Bahkan Adam ini bukan hanya bapa dari umat muslim saja namun juga sebagai nenek moyang semua manusia yang hidup di dunia ini. Adam sendiri diciptakan dari tanah oleh Allah SWT dan kemudian diberikan roh untuk bisa membuatnya hidup. Sampai kini kepercayaan akan nabi adam sebagai manusia pertama di dunia ini, tidak hanya dipercaya oleh umat muslim saja namun juga dipercaya oleh umat-umat yang lainnya yang ada di dunia ini. Mereka mempercayai bahwa adam adalah nenek moyang dari keberadaan manusia di alam ini. Sebelum penciptaan Adam, Allah SWT memanggil semua ciptaan lainnya mengenai ide penciptaan tersebut. Semua mahluk di alam surga pada waktu itu setuju dan bersujud kepadanya atas perintah Allah. Namun iblis adalah mahluk yang menolak diciptakannya adam serta menolak taat kepadanya karena dia merasa bahwa dirinya diciptakan dari hal yang lebih tinggi. Lalu kemudian, Allah mengusir iblis dari surga dan melaknatnya. Hal itu kemudian menjadi tahapan awal dimana iblis marah kepada Adam karena dia menjadi terusir dari surga. Maka dari itu iblis bersumpah untuk menggoda dan mengganggu adam dan keturunannya agar tersesat. Pada awalnya, Adam hanya tinggal sendirian di Surga sebagai manusia. Namun kemudian dia merasa kesepian dan meminta kepada Allah untuk memberikannya pendamping. Baca Juga Kisah Nabi Idris AS. Akhirnya Allah menciptakan Hawa sebagai pendampingnya. Hawa sendiri diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk adam. Kemudian merekapun hidup bahagia berdua namun iblis juga tak menyerah untuk menggoda mereka berdua. Pada waktu itu di surga, adam dan hawa bisa bebas memakan apa saja yang ada namun ada satu yang dilarang yakni buah khuldi. Karena iblis tak henti menggoda, maka kemudian pada suatu ketika, hawa tergoda dan meminta Adam untuk mengambil buah khuldi untuk dimakannya. Melihat Adam dan Hawa melanggar apa yang menjadi aturan di surga, kemudian Allah-pun menurunkan mereka berdua ke bumi sebagai hukuman. Di bumi mereka diturunkan secara terpisah dan kemudian mereka saling mencari sampai akhirnya bertemu. Setelah bertemu, merekapun terus melanjutkan hidup dan kemudian mengembangkan keturunan. Keturunan yang pertama adalah anak kembar bernama Qabil dan Iqlima. Kemudian dikuti dengan anak-anak selanjutnya yang kemudian mereka dinikahkan secara silang sampai akhirnya bisa menghasilkan banyak keturunan yang ada. Baca Juga Kisah Nabi Ayyub AS. Setelah turun ke bumi, iblis tidak berhenti menggoda anak adam bahkan mereka terus berusaha untuk menggoda mereka. Akhirnya terjadilah kasus –kasus seperti pembunuhan habil oleh kabil yang salah satu masalahnya adalah karena masalah perebutan perempuan yang akan dinikahi oleh mereka. Keyword Kisah Nabi Adam AS Originally posted 2019-10-20 002222.
Ibunda Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam adalah keyakinan yang keliru," kata DR Abdul Ghani Shama, seperti dikutip harian Al-Bayan, Jumat (20/4). Menurut Penasihat Menteri Wakaf Mesir itu, keduanya diciptakan dari materi yang sama, sedangkan keyakinan yang berkembang selama ini adalah berasal dari "israiliyat" (kisah-kisah yang tidak jelas asalnya).
Apabila menyentuh tentang Israiliyat, ramai di kalangan kita yang masih belum faham sepenuhnya maknanya. Adakah ia berkaitan dengan nama orang ataupun sesebuah kaum yang pernah hidup di Tanah Arab? Hakikatnya istilah ini harus diladeni oleh setiap orang Islam kerana ini adalah satu istilah yang telah dimanipulasi oleh bangsa Yahudi sejak berpuluh-puluh tahun dengan misi untuk mengelirukan umat Islam. Kumpulan cerita yang dinisbahkan kepada bangsa Yahudi secara umum disebut sebagai Israiliyat. Namun dalam pembahasan mengenai tafsir al-Quran dan hadis Nabi SAW, kisah Israiliyat bukan sahaja dialamatkan kepada tradisi agama Yahudi, malah kepada agama Nasrani dan hikayat lain yang terangkum dalam tradisi Yahudi-Kristian. Israiliyat boleh berbentuk tulisan mahupun narasi yang ditemukan dalam kesusasteraan Islam, khususnya tafsir dan hadis. Israiliyat menjadi isu penting dalam Islam sejak meluasnya penafsiran dan pemahaman terhadap ayat-ayat al-Quran dan hadis Nabi SAW. Al-Quran dan hadis merupakan dua sumber pengetahuan dan hukum Islam yang memerlukan pemahaman dan penafsiran. Sebahagian dari kisah Israiliyat dibenarkan dan diterima oleh kaum Muslim tetapi sebahagian lagi ditolak. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, para sahabat dapat terus bertanya kepada Nabi SAW mengenai penafsiran dan pemahaman ayat al-Quran serta hadis dan Nabi SAW dapat menjelaskan kepada mereka maksud dari al-Quran dan hadis itu. Sebahagian sahabat puas hati dengan penjelasan Nabi SAW, namun sebahagian lagi tidak khususnya ayat-ayat yang berkaitan dengan sejarah masa lalu. Untuk itu, mereka lalu menanyakan penjelasan lebih terperinci kepada sahabat-sahabat Nabi SAW yang sebelumnya beragama Yahudi dan Nasrani. Tidak semua penjelasan sahabat Nabi SAW yang bekas Yahudi dan Nasrani bersumber dari fakta sejarah yang tertulis dalam kitab suci kedua agama itu. Seringkali penjelasan mereka melibatkan unsur psikologi dan pengalaman peribadi mereka selaku bekas penganut tradisi Yahudi-Nasrani. Bahkan beberapa doktrin teologi Yahudi-Nasrani juga kerap kali masuk dalam penjelasan mereka ketika menafsirkan suatu ayat atau hadis. Umumnya, kisah-kisah nabi dan rasul dalam tradisi Islam dikemukakan dengan mengambil inspirasi dari tradisi Israiliyat, baik Yahudi mahupun Nasrani. Dalam al-Quran, kisah-kisah tersebut seringkali disampaikan dalam bentuk pesanan moral sahaja. Contohnya, kepercayaan mengenai turunnya Isa al-Masih sebagai al-Mahdi di kalangan Ahlu Sunnah wal Jamaah merupakan kepercayaan yang berasal dari Israiliyat. Mitos Hawa yang dibuat dari tulang rusuk Adam juga termasuk Israiliyat. Setelah Nabi SAW wafat, informasi tentang Israiliyat tersebar lebih luas tanpa penapisan. Apalagi keterangan-keterangan itu datang daripada para sahabat Nabi SAW yang dihormati seperti Ka’b al-Ahbar dan Abdullah bin Salam, dua bekas penganut agama Yahudi yang tinggal di Madinah. Pada masa generasi sesudah sahabat, Israiliyat mula mendapat perhatian serius kerana banyak riwayat yang tidak lagi hanya bersifat penafsiran sejarah tetapi sudah masuk persoalan akidah dan hukum. Para ahli hadis menjadi sangat selektif dalam menerima riwayat yang dianggap sebagai sabda Nabi SAW atau sahabat. Riwayat-riwayat Israiliyat paling banyak dtemui dalam kitab-kitab tafsir. Bahkan tidak ada satu kitab tafsir pun yang luput dari sentuhan Israiliyat. Tafsir-tafsir besar seperti Jami’ al-Bayan karya at-Tabari, Tafsir al-Quran al-Azim karya Ibnu Kasir dan Tafsir al-Alusi karya Syihabuddin al-Alusi adalah karya-karya tafsir berpengaruh yang banyak memuat riwayat Israiliyat. Bahkan Rasyid Rida, penafsir moden Mesir yang anti terhadap kisah Israiliyat, dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Manar, memuat banyak riwayat yang bersumber dari Israiliyat.
KisahHawa yang dicipta daripada tulang rusuk Adam juga termasuk Israiliyat. Setelah Nabi s.a.w wafat, maklumat tentang Israiliyat tersebar lebih luas tanpa penapisan. Apalagi keterangan-keterangan itu datang daripada para sahabat Nabi s.a.w yang dihormati seperti Ka'b al-Ahbar dan Abdullah bin Salam, dua orang bekas penganut agama Yahudi
Sudah pernah menceritakan kisah Nabi Adam untuk anak Anda, Parents? Yuk ceritakan kisahnya di bulan Ramadan ini. Kisah Nabi Adam as tercantum dalam Al-Qur’an, dia diciptakan sebagai manusia pertama untuk menjadi khalifah pemimpin di muka bumi. Sebelumnya, Allah SWT telah lebih dulu menciptakan Malaikat yang berasal dari cahaya, dan jin yang berasal dari api. Kemudian Allah SWT menciptakan manusia dari tanah, yang kemudian ditiupkan ruh ke dalamnya, dan jadilah Adam. Setelah Adam tercipta, Allah SWT memberinya pengetahuan tentang alam semesta yang tidak diberikannya pada mahluk lain. Setelah itu, Dia menyuruh semua malaikat dan jin untuk bersujud pada Nabi Adam. Saat semua Malaikat menuruti perintah Allah SWT dan bersujud kepada Nabi Adam, jin menolak melakukan hal tersebut. Karena ia merasa dirinya lebih mulia dari Nabi Adam karena diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam diciptakan dari tanah. Allah SWT murka, jin yang menolak bersujud pada adam dikutuk untuk menjadi mahluk sesat bernama iblis. Iblispun bersumpah untuk menggoda Adam dan keturunannya agar melanggar perintah Allah SWT. Lalu Nabi Adam ditempatkan di surga yang penuh kenikmatan, namun Nabi Adam merasa kesepian. Hingga kemudian Allah SWT pun menciptakan Siti Hawa untuk menemani Nabi Adam di surga. Nabi Adam dan Siti Hawa hidup bahagia di surga, semua yang ada di surga boleh mereka nikmati sepuasnya. Namun, ada satu larangan yang tak boleh dilanggar, yakni Adam dan Hawa tidak boleh mendekati pohon Khuldi ataupun memakan buahnya. Iblis yang merasa iri pada Adam, berusaha menggoda Adam dan Hawa untuk melanggar larangan tersebut. Awalnya, Nabi Adam dan Hawa teguh pada keimanan dan tidak mau terbujuk rayuan Iblis. Akan tetapi, Iblis tidak menyerah dan terus menggoda mereka untuk mencicipi buah khuldi. Hingga akhirnya Adam dan Hawa pun tergoda. Dan memakan buah larangan tersebut. Allah SWT pun marah karena Adam dan Hawa melanggar larangannya. Mereka berdua diusir dari surga dan diturunkan ke bumi. Di bumi inilah, Adam dan Hawa mulai membangun peradaban umat manusia. Mereka memiliki banyak anak yang kemudian berpencar ke seluruh dunia, hingga menjadi banyak suku dan bangsa yang berbeda. Video kisah Nabi Adam untuk anak-anak Kisah Nabi Adam as dalam bentuk animasi ini bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk sarana belajar si kecil. Mendengarkan kisah Nabi Adam tentunya lebih menyenangkan bagi si kecil lewat video animasi seperti ini. Lagu tentang kisah Nabi Adam dan Hawa Berikut adalah lagu tentang kisah nabi Adam as. Yang bisa Anda nyanyikan bersama si kecil ketika menunggu waktu berbuka puasa tiba. Tips mengajarkan anak mencintai Al Qur’an dan kisah-kisah di dalamnya Dikutip dari laman Islamic University, terdapat beberapa tips agar anak bisa mencintai Al Quran. Berikut di antaranya anak-anak Anda sering mendengarkan Al-Qur’an. Mulai bahkan sebelum anak-anak Anda dilahirkan; saat Anda masih hamil Saat merawat rumah, memasak, atau sekadar bersantai, mainkan zikir sebanyak yang Anda bisa. Biarkan Al-Quran menenangkan bayi ketika mereka merasa cemas atau menangis. 2. Bagikan kisah indah Al-Qur’an. Terdapat beberapa kisah dalam Alquran, dan setiap kisah dilengkapi dengan pelajaran dan inspirasi. Anda dapat berbagi cerita ini dengan anak-anak Anda dengan membaca buku anak-anak atau dengan menonton video kartun Islami yang terkait dengan topik tersebut. Berbagi cerita dari Al-Quran membantu anak-anak memvisualisasikan Al-Quran sedikit lebih banyak dan meningkatkan pemahaman mereka. 3. Lakukan aktivitas dengan seluruh keluarga dan buat game yang sesuai berdasarkan fakta dari Al-Quran. Contohnya adalah melakukan kuis dan membentuk tim yang berbeda untuk bermain melawan satu sama lain dengan cara yang kompetitif namun penuh kasih. Kuisnya masih seputar isi Al Quran. Dorong mereka untuk membagikan apa yang telah mereka pelajari dari Al Quran dan menjadikannya sebagai tebak-tebakan dengan anggota keluarga yang lain. 4. Ketika pengetahuan anak-anak Anda tentang Al-Qur’an meningkat, izinkan mereka untuk membagi kepada Anda. Buat mereka cukup nyaman untuk mengoreksi Anda ketika Anda membuat kesalahan dalam pembacaan Al Quran. Parents, Semoga cara-cara di atas membuat anak-anak kita semakin cinta Al-Qur’an. *** Semoga bermanfaat. Baca juga Parenting Islami 3 Kewajiban Orang Tua dalam Mendidik Anak Sesuai Ajaran Islam Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
kesandaripada kisah-kisah dongeng tersebut adalah seperti berikut: (i) dalam israiliyyat terdapat unsur penafian terhadap sifat maksum para anbiyaê dan mursalin, serta menggambarkan mereka seolahnya menolak kelazatan dan kenikmatan pemberian tuhan dengan memilih kekejian dan keaiban yang tidak layak bagi manusia biasa, namun telah dianggap
Sebelum ajaran Islam datang, yang ditandai dengan diutusnya Nabi Muhammad saw kemudian meneriman Al-Qur’an sebagai mukjizat sekaligus pedoman dalam menjalankan syariat-syariat Islam, jauh sebelum itu sudah ada tiga kitab samawi yang Allah turunkan kepada para nabi sebelum Rasulullah. Pada masa diutusnya Nabi Musa as, Allah memberinya kitab suci Taurat untuk dijadikan pedoman dan sumber hidayah bagi kaumnya. Kitab ini menjadi satu-satunya referensi pada masa itu yang terus dibaca dan dipedomani. Ini terus berlanjut hingga sampai pada masa Nabi Daud as. Sebab, pada masa itu, Allah memberinya kitab suci Zabur, yang tujuannya tidak jauh berbeda dengan kitab yang diterima Nabi Musa. Kitab Zabur juga menjadi satu-satunya referensi yang memiliki otoritas mutlak untuk dijadikan pedoman hingga datangnya Nabi Isa as. Pada masa kenabian Isa, Allah memberinya kitab suci Injil yang tujuannya juga sama dengan dua kitab sebelumnya, yaitu sebagai pedoman dalam beragama dan sumber hidayah. Tiga kitab suci di atas terus dijadikan pegangan oleh para pengikutnya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, tidak sedikit dari mereka yang berani memodifikasi tiga kitab suci ini hanya untuk kepentingan duniawi saja, sebagaimana firman Allah swt, yaitu فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ Artinya, “Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tanga mereka sendiri, kemudian berkata, Ini dari Allah,’ dengan maksud untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.” QS Al-Baqarah [2] 79. Menurut Syekh Wahbah bin Musṭafa az-Zuhaili, ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa mengubah kitab-kitab suci Taurat, Zabur, Injil sangat haram. Selain itu, ayat ini juga mengisahkan ulama-ulama Yahudi pada masa Nabi Musa yang berani merubah kitab Taurat. Misalnya, yang awalnya haram dirubah menjadi halal, yang halal menjadi haram. Hal ini mereka lakukan tidak lain selain untuk kepentingan duniawi saja. Syekh Zuhaili, Tafsir al-Munir fil Aqidati was Syari’ati wal Aqidati wal Manhaji, [Damaskus, Beirut, Darul Fikr, cetakan kedua 1418 H, juz I, halaman 201. Dengan inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa Nabi Muhammad melarang untuk langsung meriwayatkan kisah riwayat israiliyat, yang diceritakan oleh ahli kitab, sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda لا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلا تُكَذِّبُوهُمْ وَ قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا Artinya, “Janganlah kalian membenarkan ahli kitab, dan jangan pula kalian menyalahkan mereka. Katakanlah, Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami.’” HR Abu Hurairah. Hadits di atas menjadi sebuah representasi mutlak untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam menceritakan kisah para nabi sebelum Nabi Muhammad. Selain itu, hadits ini untuk menjadi alternatif agar terhindar dari kesalahan riwayat, bahwa jalan terbaiknya adalah tidak berkomentar tentang kisah-kisah yang disampaikan ahli kitab, memilih diam dan mengatakan bahwa kita hanya iman kepada Allah dan apa yang turun dari-Nya. Selain penjelasan di atas, penting bagi penulis untuk menjelaskan tentang beberapa sebab yang melatar belakangi masuknya riwayat tersebut dalam diskursus kajian ilmu tafsir, agar kita tahu awal mula kisah-kisah tersebut. Munculnya Kisah Israiliyat Imam Allamah Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad yang kemudian lebih populer popular dengan sebutan Imam Ibnu Khaldun wafat 808 H, dalam kitab muqaddimahnya menjelaskan bahwa penyebab itu tidak lain karena Al-Qur’an diturunkan kepada suku Arab padang pasir yang mayoritas penduduknya bukan ahli membaca dan menulis. Sementara Al-Qur’an sebagai kitab samawi terakhir, yang mengisahkan kehidupan para nabi dan umat terdahulu melalui lisan Rasulullah yang mulia. Hanya saja, Al-Qur’an tidak menyebutkan kisah mereka dengan terperinci dan mendetail. Misalnya, keberadaan surga, jenis pohon yang buahnya tidak boleh dimakan Nabi Adam dan Siti Hawa, kisah-kisah yang ada dalam Kitab Taurat, serta kisah para nabi sebelum Nabi Muhammad. Menurut Imam Ibnu Khaldun, keadaan seperti itu secara alami membuat para sahabat, misalnya Ibnu Abbas dan Abu Hurairah memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk tahu lebih mendalam tentang kisah-kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an tentang israiliyat tersebut. Dan, yang menjadi sasaran pertanyaan para sahabat saat itu adalah orang-orang ahlu kitab yang saat itu belum masuk Islam, misalnya Abdullah bin Salam, Ka’bul Akhbar, dan Wahab bin Munabbih. Kendati pun cerita itu dari orang-orang yang mulanya menjadi ahlu kitab, para sahabat tidak langsung menerima kisah-kisah da nisi Kitab Taurat yang mereka sampaikan. Bahkan, para sahabat tidak segan-segan menegur mereka ketika tidak sesuai dengan hadits Rasulullah kemudian menjelaskan yang benar, seperti yang dilakukan oleh sahabat Abu Hurairah kepada Ka’b al-Akhbar dan Abdullah bin Salam. Hal ini para sahabat lakukan tidak lain selain bentuk kehati-hatian mereka dalam menerima kabar-kabar umat terdahulu, sebagaimana hadits riwayat Abu Hurairah di atas, bahwa Nabi Muhammad tidak sepenuhnya membenarkan tidak pula menolak secara keseluruhan. Kisah-kisah yang sesuai dengan wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah mereka terima dan tidak ditolak sedikit pun, begitu juga kisah yang tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Rasulullah mereka tolak. Sedangkan alasan tidak langsung membenarkan adalah khawatir apa yang mereka sampaikan merupakan kisah-kisah yang sudah terdistorsi, begitu juga tidak langsung menolak karena bisa saja ada kemungkinan kisah itu masih utuh dan benar. Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, [Damaskus, Dar Ya’rab, cetakan keempat belas 2004, tahqiq Syekh Abdullah Muhammad], juz I, halaman 490, dan Syekh Abul Hasan al-Mubarakfuri, Mir’atul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, 4/427. Demikian riwayat perihal awal mula tersebarnya kisah-kisah israiliyat. Secara umum, kisah ini sebenarnya sahih dan benar sesuai dengan apa yang terjadi pada masa dahulu, akan tetapi, peradaban yang terus berkembang, dengan asimilasi yang semakin plural, kisah ini terdistori dengan beragam alasan dan keperluan ahli kitab, baik secara personal maupun internal. Dengan keperluan itu, mereka berani mengubah beberapa kisah yang mereka dapati. Dengan alasan inilah, Rasulullah dan para sahabat tidak langsung membenarkan apa yang mereka sampaikan. Beberapa kisah dan riwayat dari mereka menjadi kajian yang intens di antara para sahabat saat itu. Wallahu a’lam bis shawab. Ustadż Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
KisahIsrailiyyat- Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya mengandung ayat yang berkaiat dengan hukum saja, tetapi juga mengandung ayat yang bercerita tentang kisah nabi-nabi dan umat terdahulu. Namun, kisah yang ada dalam Al-Qur'an hanya disebut secara umum dan tidak mempunyai penjelasan yang terperinci. Berbeda dengan kisah-kisah yang tertulis pada kitab-kitab samawi yang lain seperti dalam Taurat dan Injil. Dalam dua kitab ini, kisah-kisah lampau dijelaskan secara
A. PENDAHULUANIsrailiyat[1] merupakaan cerita yang berkaitan erat dengan Tafsir bil-Ma’tsur Tafsir yang berdasarkan Hadits dan Riwayat. Keberadannya disela-sela penafsiran al-Qur’an bisa menimbulkan perusakan ajaran Islam tanpa disadari oleh umat islam itu sendiri, khususnya Israiliyat yang merusak sebenarnya merupakan kisah yang bersumber dari literatur Ahli Kitab, yang kebanyakan bersumber dari orang Yahudi, atau orang Islam yang dahulunya pernah memeluk agama Yahudi. Sebenarnya para shahabat yang masuk Islam itu tidak menyampaikan cerita bohong. Sebab selama mereka memeluk agama Yahudi, kisah-kisah itulah yang mereka punya. Ketika ada ayat al-Qur’an menyinggung kisah yang sama, mereka pun memberikan komentar berdasarkan apa yang mereka baca dari kitab-kitab mereka ada kebohongan, tidak serta-merta bersumber dari para shahabat, melainkan kebohongan tersebut sudah ada sebelum agama mereka. Dalam kitab-kitab tafsir tidak terlepas dari Israiliyat. Bahakan Muhammad Rasyid Ridha, yang menyusun Tafsir al-Manar, yang dikenal sabagai mufassir yang sangat menentang keberadaan Israiliyat. Namaun menurut al-Dazahabi, ternyata dalam tafsir al-Manar terdapat sebagian riwayat yang bersumber dari mufassir ada yang jujur dalam membicarakan masalah Israiliyat. Di antaranya adalah Ibnu Katsir. Bilau menyebutkan Israiliyat untuk dapat diketahui masyarakat, hal tersebut bertujuan agar masyarakat tahu keberadaan Israiliyat yang tidak harus dipercayai. Sehingga masyarakat tidak terpengaruh dengan tafsiran yang berkenaan kitab-kitab yang banyak memuat riwayat-riwayat Israiliyat adalah Tafsir al-Thabari oleh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari; Tafsir Ibnu Katsir oleh Ibnu Katsir al-Dimasyqi; Tafsir al-Khazin oleh Alaudin Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar bin Khalil CONTOH ISRAILIYYAT DALAM AL-QUR’AN1. KISAH PERTAMA KISAH SEORANG PRIA YANG MELEWATI SEBUAH NEGERIKisah ini disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 259أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِئَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آَيَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌArtinya “Atau Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang melalui suatu negeri yang temboknya telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu yang telah menjadi tulang belulang; Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati diapun berkata "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."Dalam versi israiliyat ayat di atas dikisahkan bahwa, pria yang melewati sebuah negeri itu adalah Uzair, sedangkan tempat tersebut adalah Baitul Maqdis setelah dihancurkan oleh Bakhtanshir yang mengusir bangsa Yahudi dari wilayah tersebut ke daerah meriwayatkan dalam kitab ad-Durrul Mantsur dari ibnu Abbas, Ka’ab al-Ahbar, al-Hasan al- Bashri dan Wahb bin Munabbih mereka berkata, “ Uzair adaalah seorang hamba yang shaleh. Suatu hari, ia memeriksa ladangnya, kemudian sampailah ia pada tempat reruntuhan dan puing-puing bangunan baitul maqdis. Tepat pada tengah hari, ia merasakan terik yang amat sangat, kemudian ia berteduh memasuki reruntuhan itu seraya mengendarai keledainya. Lalu ia turun dari keledainya sambil membawa sekantung buah tin dan anggur, kemudian berteduhlah ia dibawah naungan reruntuhan itu. Sambil berbaring terlentang, isa memandangi atap rumah reruntuhan itu dan memperhatikan segala yang ada di sana. Atap itu masih tegap di atas tiang-tiangnya, sedangkan para penghuninya telah binasa. Kemudian matanya bertumbuk pada tulang belulang yang usang. Ia bergumam. “bagaimana Allah dapat menghidupkan kembali tulang-tulang itu sesudah dimusnahkan?” padahal, ia tidak sedikitpun meragukan bahwa Allah Maha Kuasa menghidupkan kembali tulang-belulang itu, dan perkataan itu hanya karena takjub. Lalu Allah mengutus malaikat maut untuk mencabut ruhnya dan Allah mewafatkannya selama seratus berlalu seratus tahun-selama itu terjadilah berbagai hal dan peristiwa di kalangan Bani Israel. Allah mengutus kepadanya seorang malaikat. Diciptakan-Nya hatinya agar berfikir juga kedua matanya agar dapat melihat. Lalu ia mulai berfikir dan memahamai bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati. Kemudian mulailah Allah menyusun penciptaannya sementara ia menyaksikan semua proses penyusunan kembali penciptaan tersebut. Lalu Allah melapisi tulang-belulangnya dengan daging dan kulit, kemudian ditiupkan kepadanya roh. Semua proses kejadian tersebut ia saksikan dan ia ia bangun dan terduduk. Malaikatpun bertanya kepadanya, “berapa lamanya engkau diam di sini?” dia menjawab, “aku tinggal di sini sehari.” Jawaban itu terlontar karena sebelum diwafatkan, dia tertidur pada waktu tengah hari ketika matahari begitu menyengat dan dibangkitkan pada waktu sore hari ketika matahari belum tenggelam, “atau setengah hari karena belum aku lalui hari ini sepenuhnya.”Malaikat itu mengatakan kepadanya, “tetapi engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu!” yaitu roti kering dan sari buah yang telah dibuatnya dalam mangkuk, keduanya belum berubah dari keadaan semula. Itulah yang dimaksud dengan firman-Nya, “Lam yatasannah” yang berarti tidak itu semua seolah-olah hatinya tidak yakin. Lalu malaikatpun berkata kepadanya, ”kamu tidak percaya pada apa yang aku katakan? Lihatlah keledaimu! “maka ia memandang keledainya yang sudah hancur berantakan tulang-belulangnya dan hanya tinggal fosil-fosilnya. Kemudian malaikat itu memanggil tulang-belulang keledai tersebut, lalu merekapun menjawab dan datang dari segala penjuru. Malaikat pun menyusunnya kembali sementara Uzair menyaksikannya. Kemudian tulang-belulang itu dibalut dengan urat-urat nadi dan syaraf lalu dibungkusnya dengan daging. Kemudian ia menumbuhkan padanya kulit dan rambut lalu meniupkan roh kepadanya. Dengan serta merta binatang itu berdiri menegakkan kepala dan kedua telinganya, mengangkat ke langit sambil ia menaiki keledainya dan bertolak menuju tempat asalnya. Setibanya di sana, kaumnya tidak mengenalinya dan ia pun tidak mengenali kaumnya. Ia juga tidak mengnali rumah-rumah tempat asalnya. Maka barulah ia dengan penuh perasaan gamang dan bimbang. Sampai akhirnya ia tiba di rumahnya dan bertemu dengan seorang wanita tua buta dan lumpuh. Wanita itu telah berusia seratus dua puluh tahun. Wanita itu dulunya seorang budak. Ketika Uzair pergi meninggalkan kaumnya seratus tahu yang lalu, budak itu masih berusia dua puluh tahun, ia mengnali dan memahami Uzair dengan Uzair pun menghampiri dan menyapanya, “hai wanita tua apakah ini temapt tinggal Uzair?”Wanita itu menjawab, “ya!” lalu ia menagis dan berkata, “tak seorang pun kulihat sejak sekian lama menyebut Uzair. Semua orang telah melupakannya!”Uzair berkata, “sungguh sayalah Uzair!” wanita itu berpekik maha Suci Allah! Kami telah kehilangan Uzair seratus tahu lamanya. Namanya tidak pernah lagi disebut-sebut!”Wanita itu berkata, “Uzair adalah seorang yang selalu dikabulkan do’anya. Ia terbiasa mendokan orang yang sakit dan cacat, supaya disembuhkan dan normal kembali. Maka berdo’alah kamu kepada Allah agar Ia mengembalikan kembali penglihatannku, dan aku dapat melihatmu. Jika engkau memang benar-benar Uzair, aku pasti mengenalimu.”Maka Uzair pun berdo’a kepada Tuhannya, kemudian mengusap mata wanita itu dengan telapak tangannya. Lalu wanita itu mengedip-ngedipkan dan dapat melihat. Uzair pun memegangi tangan wanita itu dan membimbingnya sambil berkata, “bangunlah dengan izin Allah!” maka Allah menyembuhkan kelumpuhan kakinya. Wanita itpun dapat berdiri normal, seakan-akan ia terbebas dari wanita itu memperhatikan Uzair dan berkata setengah terpekik, “aku menjadi saksi bahwa engkau benar-benar Uzair!” Lalu bergegaslah wanita itu ketempat berkumpulnya Bani Isarail. Ketika itu mereka sedang mengadakan pertemuan. Salah seorang dari mereka adalah putera Uzair. Ia kini berusia seratus delapan belas tahun. Disekelilingnya adalah cucu-cucu Uzair yang telah tua pula usianya. Wanita itu berkata kepada mereka dengan suara lantang, “ini adalah Uzair! Ia telah datang kepada kalian!” namun mereka mendustakannya. Wanita itu berkata lagi “aku ini budak akalian! Si fulanah! Uzair telah berdo’a kepada Tuhannya untukku, lalu Tuhan berkenan mengembalikan penglihatannku dan memulihkan kakiku. Ia mengaku bahwa Allah telah mewafatkannya selama seratus tahun, kemudian dihidupkan bangkitlah semua orang yang hadir dalam pertemuan itu, lalu menhampirin Uzair. Putranya memandanginya seraya berkata, “ayahku memiliki tanda hitam di antara kedua pundaknya. “Lalu Uzair menyingkap pakaian yang menutupi pundaknya, nayatalah bahwa ia memang Uzair. Lalu bani israel berkata, tak seorangpun di antara kalian yang hafal kitab Taurat selain Uzair, padahal kitab itu telah dibakar oleh Bactanashir. Tidak tersisa sedikit pun kecuali apa yang engkau perintahkan orang-orang untuk menghafalnya, maka tulislah kemabali Taurat untuk kami!”Konon, dulu ayah Uzair Surucha, telah mengubur kitab Taurat ketika terjadi pernyerbuan Bactanashir di tempat yang tidak diketahui seorang pun kecuali Uzair. Maka bertolaklah Uzair ketempat tersebut, menggalinya dan mengeluarkan kitab Taurat itu. Kitab Taurat tersebut halamannya telah usang dan rusak, tulisannya pun telah rusak dan ia pun duduk di bawah naungan pohon, sedang bani israil berada di sekelilingnya, lalu diperbaharuinya kitab Taurat tersebut untuk mereka. Pada saat itu turunlah duan buah pijar benda langit sampai memasuki rongga mulutnya. seketika ia ingat kembali isi kitab Taurat. Maka ia dapat menuliskannya kembali kitab Taurat untuk bani itulah kaum yahudi mengatakan, “Uzair putra Allah!” sebagai ungkapan ketakjuban mereka setelah melihat keajaiban jatuhnya dua buah benda pijar langit tadi, juga diperbaharuinya kembali kitab Taurat dan kembalinya Uzair kepada mereka, untuk mengurusi persoalan bani israil. Konon, Uzair memperbaharui kembali kitab tersebut di daerah yang bernama as-Sawad, di biara Hizkil. Sementara itu, negeri tempat ia wafat bernama Sabir dalam kisah ini menurut Imam Jabir ath-Thabari, kita sama sekali tidak mengetahui nama laki-laki tersebut. Bisa jadi namanya Uzair atau Urmiya, namun kita sama sekali tidak perlu mengetahui nama itu, karena maksud ayat tersebut bukanlah memberikan definisi tentang apa yang diciptakan Allah dalam kisah tersebut, melainkan memberikan pemahaman kondisi orang-orang yang mengingkari kekuasaan Allah swt untuk menghidupkan kemabali ciptaan yang telah mati, mengembalikan mereka kepada bentuk semula setelah binasa, dan hanya ditangan Allah lah hidup matinya manusia. Baik dari kalangan Quraisy maupun bangsa Arab yang telah mendustakannya, juga memberikan penegasan argumentasi tentang hal itu terhadap orang-orang yang tinggal di antara dua temapt hijrah Rasul saw. Mulai dari daerah Buhudi bani turunnya ayat tentang kisah tersebut bertujuan memberikan kabar tentang nama laki-lakin tersebut, tentu akan tercantum nash yang jelas di dalamnya, yang tidak menimbulkan keraguan. Namun, pada kenyataannya, ayat tersebut hanya bermaksud mengkritik ungkapan yang keluar dari mulut laki-laki itu. Karena itulah Allah menyebutkan kisah ini dalam al-Qur’ KISAH KEDUA KISAH ORANG YANG TERPUTUS DARI AYAT-AYAT ALLAHKisah ini disebutkan dalam al-Qur’an surat al-A’rof ayat 175-177وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ 175 وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ 176 سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَArtinya Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami pengetahuan tentang isi Al Kitab, kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan sampai Dia tergoda, Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya juga. demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah kepada mereka kisah-kisah itu agar mereka buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat tersebut menceritakan tentang seorang laki-laki yang hidup di zaman dahulu, yaitu pada masa nabi Musa hidup seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil, ia dikenal dengan nama panggilan Bal'am ibnu Ba'ura yang tinggal di Baitul Maqdis. Dia adalah seorang laki-laki dari kalangan penduduk Al-Balqa, yang mengetahui tentang Ismul dalam sebagian hadis disebutkan bahwa dia termasuk orang yang lisannya beriman, tetapi hatinya tidak beriman alias munafik, karena sesungguhnya dia mempunyai banyak syair yang mengandung makna ketuhanan, kata-kata bijak, dan fasih, tetapi Allah tidak melapangkan dadanya untuk masuk Musa berangkat dengan pasukan kaum Bani Israil menuju negeri tempat Ba’lam berada, atau negeri Syam. Lalu penduduk negeri tersebut merasa sangat takut dan gentar terhadap Musa. Maka mereka mendatangi Ba’lam dan mengatakan kepadanya, "Do’akanlah kepada Allah untuk kehancuran nabi Musa dan bala tentaranya." Ba’lam menjawab, "Tunggulah sampai aku meminta saran dari Tuhanku, atau aku diberi izin oleh-Nya." Ba’lam meminta saran dari Tuhannya dalam do’anya yang memohon untuk kehancuran Musa dan pasukannya. Maka dijawab, "Janganlah kamu mendoakan buat kehancuran mereka, karena sesungguhnya mereka adalah hambahamba-Ku, dan di antara mereka terdapat nabi mereka." Maka Ba’lam melapor kepada kaumnya, "Sesungguhnya aku telah meminta saran kepada Tuhanku dalam do’aku yang memohon untuk kehancuran mereka, tetapi aku dilarang melakukannya. Kaumnya berkata, "Sekiranya Tuhanmu tidak suka engkau mendoakan untuk kehancuran mereka, niscaya Dia akan melarangmu pula sebagaimana Dia melarangmu pada pertama kalinya. "Bal'am terpaksa berdoa untuk kebinasaan mereka. Tetapi apabila ia mendoakan untuk kehancuran mereka Musa dan pasukannya, maka yang terucapkan oleh lisannya justru mendoakan untuk kehancuran kaumnya. Dan apabila ia mendoakan untuk kemenangan kaumnya, justru lisannya mendo’akan untuk kemenangan Musa dan pasukannya atau hal yang semacam itu, seperti apa yang dikehendaki oleh Allah. Maka kaumnya berkata, "Kami tidak melihatmu berdo’a melainkan hanya untuk kehancuran kami." Bal'am menjawab, "Tiada yang terucapkan oleh lisanku melainkan hanya itu. Sekiranya aku tetap mendo’akan untuk kehancurannya, niscaya aku tidak diperkenankan. Tetapi aku akan menunjukkan kepada kalian suatu perkara yang mudah-mudahan dapat menghancurkan mereka. Sesungguhnya Allah murka terhadap perbuatan zina, dan sesungguhnya jika mereka terjerumus ke dalam perbuatan zina, niscaya mereka akan binasa; dan aku berharap semoga Allah membinasakan mereka melalui jalan ini." Bal'am melanjutkan ucapannya, "Karena itu, keluarkanlah kaum wanita kalian untuk menyambut mereka. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang sedang musafir, mudah-mudahan saja mereka mau berzina sehingga binasalah mereka." Kemudian mereka melakukan hal itu dan mengeluarkan kaum wanita mereka menyambut pasukan Nabi Musa. Tersebutlah bahwa raja mereka mempunyai seorang anak perempuan, perawi menyebutkan perihal kebesaran tubuhnya yang kenyataannya hanya Allah yang mengetahuinya. Lalu ayahnya atau Bal'am berpesan kepadanya, "Janganlah engkau serahkan dirimu selain kepada Musa." Akhirnya pasukan Bani Israil terjerumus ke dalam perbuatan zina. Kemudian datanglah kepada wanita tadi seorang pemimpin dari salah satu kabilah Bani Israil yang menginginkan dirinya. Maka wanita itu berkata, "Saya tidak mau menyerahkan diri saya selain kepada Musa." Ba’lam mengendarai keledainya hingga sampai di suatu tempat yang dikenal dengan nama al-Ma'luli. Lalu Bal'am memukuli keledainya, tetapi keledainya itu tidak mau maju, bahkan hanya berdiri saja di tempat. Lalu keledai itu berkata kepadanya, "Mengapa engkau terus memukuliku? Tidakkah engkau melihat apa yang ada di hadapanmu ini?" Tiba-tiba setan menampakkan diri di hadapan Bal'am. Lalu Bal'am turun dan bersujud kepada setan itu. Menurut suatu pendapat, bahwa Musa ketika turun di negeri Kan'an—bagian dari wilayah Syam—maka kaum Bal’am datang menghadap kepada Bal’am dan mengatakan kepadanya, "Musa ibnu Imran telah datang bersama dengan pasukan Bani Israil. Dia datang untuk mengusir kita dari negeri kita dan akan membunuh kita, lalu membiarkan tanah ini dikuasai oleh Bani Israil. Dan sesungguhnya kami adalah kaummu yang dalam waktu yang dekat tidak akan mempunyai tempat tinggal lagi, sedangkan engkau adalah seorang lelaki yang doanya diperkenankan Tuhan. Maka keluarlah engkau dan berdo’alah untuk kehancuran mereka." Ba’lam menjawab, "Celakalah kalian! Nabi Allah ditemani oleh para malaikat dan orang-orang mukmin, maka mana mungkin saya pergi mendo’akan untuk kehancuran mereka, sedangkan saya mengetahui Allah tidak akan menyukai hal itu?" Mereka mengatakan kepada Ba’lam, "Kami tidak akan memiliki tempat tinggal lagi." Mereka terus-menerus meminta dengan memohon belas kasihan dan berendah diri kepada Ba’lam untuk membujuknya. Akhirnya Ba’lam terbujuk, lalu Ba’lam menaiki keledai kendaraannya menuju ke arah sebuah bukit sehingga ia dapat melihat perkemahan pasukan kaum Bani Israil, yaitu Bukit Hasban. Setelah berjalan tidak begitu jauh, keledainya mogok, tidak mau jalan. Maka Ba’lam turun dari keledainya dan memukulinya hingga keledainya mau bangkit dan berjalan, lalu Ba’lam menaikinya. Tetapi setelah berjalan tidak jauh, keledainya itu mogok lagi, dan Ba’lam memukulinya kembali, lalu menjewer telinganya. Maka secara aneh keledainya dapat berbicara —memprotes tindakannya— seraya mengatakan, "Celakalah kamu. hai Bal’am, ke manakah kamu akan pergi. Tidakkah engkau melihat para malaikat berada di hadapanku menghalanghalangi jalanku? Apakah engkau akan pergi untuk mendoakan buat kehancuran Nabi Allah dan kaum mukminin?" Bal'am tidak menggubris protesnya dan terus memukulinya, maka Allah memberikan jalan kepada keledai itu setelah Bal'am memukulinya. Lalu keledai itu berjalan membawa Bal'am hingga sampailah di atas puncak Bukit Hasban, di atas perkemahan pasukan Nabi Musa dan kaum Bani Israil. Setelah ia sampai di tempat itu, maka ia berdo’a untuk kehancuran mereka. Tidak sekali-kali Bal'am mendo’akan keburukan untuk Musa dan pasukannya, melainkan Allah memalingkan lisannya hingga berbalik mendo’akan keburukan bagi kaumnya. Dan tidak sekali-kali Bal'am mendoakan kebaikan buat kaumnya, melainkan Allah memalingkan lisannya hingga mendoakan kebaikan buat Bani kaumnya berkata kepadanya, "Tahukah engkau, hai Bal'am, apakah yang telah kamu lakukan? Sesungguhnya yang kamu do’akan hanyalah untuk kemenangan mereka dan kekalahan kami." Bal'am menjawab, "Ini adalah suatu hal yang tidak saya kuasai, hal ini merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah." Maka ketika itu lidah Bal'am menjulur keluar sampai sebatas dadanya, lalu ia berkata kepada kaumnya, "Kini telah lenyaplah dariku dunia dan akhiratku, dan sekarang tiada jalan lain bagiku kecuali harus melancarkan tipu muslihat dan kilah yang jahat. Maka aku akan melancarkan tipu muslihat buat kepentingan kalian. Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Menurut teks Ibnu Ishaq, dari Salim, dari Abun Nadr, lidah Bal'am terjulur sampai dadanya. Lalu dia diserupakan dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dalam kedua keadaan tersebut, yakni jikadihardik menjulurkan lidahnya, dan jika dibiarkan tetap menjulurkan lidahnya. Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah 'Bal'am menjadi seperti anjing dalam hal kesesatannya dan keberlangsungannyadi dalam kesesatan serta tidak adanya kemauan memanfaatkan doanya untuk keimanan. Perihalnya diumpamakan dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dalam kedua keadaan tersebut, jika dihardik menjulurkan lidahnya, dan jika dibiarkan tetap menjulurkan lidahnya tanpa ada perubahan. Demikian pula keadaan Bal'am, dia tidak memanfaatkan pelajaran dan doanya buat keimanan; perihalnya sama dengan orang yang tidak KISAH KETIGA KISAH PENDUDUK SEBUAH KOTAKisah ini disebutkan dalam al-Qur’an surat Yaasiin ayat 13-29وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ 13 إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ 14 قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنْزَلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ 15 قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ 16 وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ 17 قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ 18 قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ 19 وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ 20 اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ 21 وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ 22 أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آَلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ 23 إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ 24 إِنِّي آَمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ 25 قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ 26 بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ 27 وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِينَ 28 إِنْ كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ 29 يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ 30 أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ أَنَّهُمْ إِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُونَ 31 وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ 32 وَآَيَةٌ لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ 33 وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ 34 لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلَا يَشْكُرُونَ 35 سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ 36 وَآَيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ 37Artinya Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, Yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. yaitu ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan utusan yang ketiga, Maka ketiga utusan itu berkata "Sesungguhnya Kami adalah orang-orang di utus kepadamu".Mereka menjawab "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti Kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka".Mereka berkata "Tuhan Kami mengetahui bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang yang diutus kepada kamu".Dan kewajiban Kami tidak lain hanyalah menyampaikan perintah Allah dengan jelas".Mereka menjawab "Sesungguhnya Kami bernasib malang karena kamu, Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti menyeru kami, niscaya Kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami".Utusan-utusan itu berkata "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan kamu bernasib malang? sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas".Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu".Ikutilah orang yang tiada minta Balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat aku tidak menyembah tuhan yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu semua akan dikembalikan?Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain nya jika Allah yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak pula dapat menyelamatkanku?Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang aku telah beriman kepada Tuhanmu; Maka dengarkanlah pengakuan keimanan kepadanya "Masuklah ke syurga". ia berkata "Alangkah baiknya Sekiranya kamumku yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku Termasuk orang-orang yang dimuliakan".Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah Dia meninggal suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak Kami ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; Maka tiba-tiba mereka semuanya menurut riwayat israiliyat, kota itu bernama Antokiyah yang dulunya merupakan bagian dari negeri Romawi dan dipimpin oleh seorang raja yang dzalim penyembah patung bernama Anthikus. Nabi Isa menginginkan agar penduduknya beriman kepada Allah. Beliau mengutus dua orang dari golongan Hawari yang akhirnya didustakan oleh penduduk itu. Setelah itu, diutus kembali Hawari yang berkata, “nabi Isa telah mengutus dua utusan ke Antokiyah kemudian keduanya bertemu dengan seorang kakek yang sedang menggembalakan domba-dombanya. Kakek ini bernama Habin an-Najjar. Keduanya mengajak si kakek untuk beriman kepada Allah dan menerangkan bahwa mukjijat keduanya adalah menyembuhkan penyakit. Diceritakan bahwa si kakek mempunyai anak yang sakit gila. Kemudian kedua utusan tadi mengusap anak itu dan ternyata sembuh maka berimanlah kakek kejadian itu, tersebarlah keahlian mereka berdua di seluruh kota. Keduanya banyak menyembuhkan berbagai penyakit. Ketika raja kafir penyembah berhala mendengar berita tentang keduanya, ia marah dan memenjarakan nabi Isa tahu apa yang terjadi pada dua utusan itu, beliau mengutus utusan yang ketiga yang bernama Syam’un. Karena dia tahu apa yang terjadi pada kedua temannya maka dia mencari tipu muslihat supaya sampai pada raja hingga berhasil dan menyembunyikan keimanan serta agamanya. Kemudian, dia dapat hidup dengan raja dan menjadi teman suatu hari berkatalah dia kepada raja, “aku mendengar bahwa engkau telah memenjarakan dua orang yang mengajakmu beriman kepada Allah, bolehkan aku bertanya perihal keduanya? Raja berkata, “kemarahan telah menghalangi antara aku dan pertanyaan tentang keduanya.” Kemudian dia berkata, “bagaimana kalau merka kupanggil sekarang?” keduanya pun dipanggil. Kemudian Syam’un berkata, “apa yang menjadi bukti dari agama kalian berdua?” keduanya berkata, “kami menyembuhkan orang yang buta” kemudian mereka mendatangkan seorang laki-laki yang buta matanya, seakan-akan tak ada tempat bagi matanya karena menyatu dengan pelipisnya. Berdo’alah kedua utusan ini pada Allah. Tidak lama kemudian terbukalah kedua mata anak itu dan bisa raja dengan apa yang baru dilihatnya. Ia berkata, “ada seorang anak yang telah tujuh hari mati dan belum dikubur karena menunggu kedatangan bapaknya. Apakah kalian berdua dapat menghidupkannya? Keduanya menjawab, “ya! Kemudian keduanya berdo’a kepada Allah secara terang-terangan sementara Syam’un berdo’a dengan cara sembunyi-sembunyi. Maka Allah menghidupkan mayat itu kemudian ia berdiri dan berkata pada manusia. Aku telah mati sejak tujuh hari yang lalu dalam keadaan musyrik maka aku dimasukkan ke dalam tujuh lembah neraka. Maka berhati-hatilah kalian dengan kemusyrikan kalian dan berimanlah kalian kepada Allah. Kemudian dibukalah pintu-pintu langit dan aku melihat seorang pemuda tampan memberi syafaat kepada ketiga orang ini yaitu Syam’un dan kedua temannya hingga Allah menghidupkanku dan aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Isa adalah Nabi Allah dan menyampaikan kalimat-Nya. Sesungguhnya mereka adalah utusan-utusan Allah.”Mereka berkata, “Syam’un juga bersama mereka?” Dia berkata, “betul, bahkan dialah yang paling utama di antara mereka!” Maka Syam’un memberitahukan mereka bahwa sesungguhnya dia adalah utusan Almasih untuk mengajak mereka beriman pada Allah. Maka raja itu beriman bersama sebagian besar kaumnya sementara sebagian yang lain tetap dalam kekafiran. Dalam versi lain dikatakan bahwa raja tidak beriman, bahkan dia bertambah kufur dan menentang kemudian menindas dan menyiksa mereka serta ingin membunuh dan menghukum datanglah dari ujung kota seorang laki-laki dengan bergesa-gesa. Dia itu adalah Habib bin Mari, yaitu Habib an-Najjar yang dulu dilewati oleh kedua utusan pertama, serta anaknya yang gila yang telah disembuhkan oleh merka. Kemudian dia berkata pada raja dan tentara-tentaranya, mengajak mereka beriman kepada Allah dan utusan-utusannya sambil mengumumkan marahlah raja padanya dan memerintahkan kepada tentaranya supaya mereka membunuh laki-laki itu. Kemudian mereka pun menangkap dan membunuhnya. Dikatakan bahwa mereka menginjak-injaknya sehingga keluarlah isi perutnya melalui dubur hingga mati. Dikatakan pula bahwa mereka merajamnya denganbatu. Sementara itu ia berkata, “Ya Allah ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”Kemudian mereka membunuhnya dan membunuh tiga utusan itu. Diceritakan bahwa ketika ingin membunuh Habib an-Najjar, Allah mengangkatnya ke langit kemudian ke surga. Adapun penduduk kota itu, telah datang kepada mereka Jibril dengan jeritan suatu yang menghancurkan mereka perincian kisah menurut riwayat israiliyat. Tidak ada satupun yang dinukil dari Rasulullah saw. Oleh karena itu, kisah ini merupakan perkataan penuh prasangka, kebohongan, dan dugaan saja. Sedangkan seluruh kisah orang-orang terdahulu itu harus ada hadits shahih dari Rasulullah KISAH KEEMPAT KISAH LUQMANKisah ini disebutkan dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ 12 وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ 13 وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ 14 وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ 15 يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ 16 يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ 17 وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ 18 وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ Artinya Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar".Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.Luqman berkata "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya membalasinya. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara as-Suyuthi dalam kitabnya, ad-Durrul Mantsur, menceritakan bahwa luqman adalah adalah seorang hamba sahaya berkebangsaan Habsyi Najr. Ia bekerja sebagai tukang kayu, bertubuh kecil, berhidung mancung, pandai bersilat lidah, berkaki lebar, dan Allah memberikan hikmah kepadanya, tetapi bukan Allah swt menyodorkan pilihan kepada luqman antara hikmah dan kenabian, ia memilih hikamah daripada kenabian. Kemudian Jibril datang kepadanya ketika ia sedang tidur lalu menyerahkan kepadanya hikmah dan akhirnya ia dapat berkata-kata dengan hikmah itu. Sewaktu ia ditanya kenapa memilih hikmah daripada kenabian, padahal Tuhannya memberikan pilihan kepadanya, ia menjawab, “seandainya diberikan kepadaku kewajiban dan perintah untuk memikul tugas kenabian, pasti tidak ada sesuatu yang kuharapkan darinya melainkan kesuksesan dan aku pasti akan berusaha untuk dapat menunaikannya dengan baik. Akan tetapi, Allah memberikan kepadaku pilihan maka aku takut menjadi orang yang paling lemah dalam menunaikan kenabian itu, sehingga hikmah lebih kusenangi dari sikap kita terhadap riwayat di atas adalah tawaquf, menangguhkannya, tidak menceritakan dan menghubungkannya pada luqman, juga tidak mengakui hal tersebut benar-benar padanya karena semua itu tidak datang dari hadits-hadits yang benar shahih dari Rasulullah saw. Kita tidak menolak mentah-mentah cerita tersebut. Tetapi kita juga tidak membenarkannya, karena ada kemungkinan cerita itu memang benar-benar sikap yang paling tepat, tawaquf, tidak meniadakannya dan tidak menetapkannya, tidak mengakuinya, dan tidak menolaknya, terutama hal-hal yang tidak ada faedah keilmuannya dan tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ataupun amalan yang diterima oleh Allah KISAH KELIMA KEBERHASILAN SYAITAN DALAM MENYESATKAN ANAK ADAMKisah ini disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 27-32قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ 24 قَالَ رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ 25 قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ سَنَةً يَتِيهُونَ فِي الْأَرْضِ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ 26 وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آَدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآَخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ 27 لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ 28 إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ 29 فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ 30 فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْأَةَ أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْأَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ 31 مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ 32Artinya “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam Habil dan Qabil menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua Habil dan tidak diterima dari yang lain Qabil. ia berkata Qabil "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil "Sesungguhnya Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa"."Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.""Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa membunuhku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya Qabil bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.“Oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. Diceritakan ketika Allah menurunkan Adam dan Isterinya, Hawa, ke bumi, dianugrahkan kepada keduanya anak yang banyak. Pada setiap kehamil;an, hawa mengandung anak kembar laki-laki dan perempuan dan dilahirkan dari keduanya empat puluh anak, 20 laki-laki dan 20 perempuan. Adam dianugrahi anak setelah diturunkan ke bumi anak laki-laki dan perempuan dalam satu kelahiran, dinamakan yang laki-laki Qabil dan yang perempuan diberinama Iqlima. Lalu setelah dua tahun dia dianugrahi kembali anak laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki diberi nama Habil dan yang perempuan Labuda. Adam memerintahkan agar Qabil menikah dengan Labuda. Akan tetapi, Qabil menolak. Ia hanya mau menikah dengan saudarinya, Iqlima, karena parasnya lebih cantik daripada Labuda. Karena adanya perselisihan, Adam berkata kepada keduanya, “berkurbanlah! Siapa diantara kamu yang diterima kurbannya maka dialah yang berhak atas Iqlima” Qabil adalah seorang petani yang mempunyai sebidang sawah, sedangkan Habil adalah seorang gembala yang mempunyai hewan ternak. Habil memilih domba yang gemuk, yang terbaik diantara hewan ternaknya sedangkan Qabil memilih seikat padi yang bagus sebagai kurban. Lalu turunlah api memakan kurban Habil dan membiarkan kurban Qabil. Domba Habil hidup senang di surga sampai digantikan oleh ismail as. Qabil sangat marah karena Allah menolak kurbannya. Ia merasa iri serta dengki kepada saudaranya lalu berkata, “sungguh aku akan membunuhmu.” Habil berkata kepadanya, “mengapa?” Qabil berkata, “Karena Alllah menerima kurbanmu dan tidak menerima kurbanku, lalu kau menikahi saudariku yang cantik dan aku menikahi saudarimu yang jelek.” Lalu Qabil datang untuk membunuh Habil, tetapi habil menghindar darinya dan lari ke puncak gunung. Pada suatu hari, Qabil mendatanginya ketika ia sedang tidur, lalu diangkatnya batu beasar untuk membunuhnya, padahal ia tidak mengetahui bagaimana cara membunuhnya. Setanpun mencontohkan kepadanya dengan mengambil burung dihadapannya lalu ia letakkan kepalanya di atas batu kemudian ia pecahkan kepalanya dengan batu yang lain. Ketika Habil terbunuh, bumi berguncang selama tujuh hari. Makanan berubah rasa, buah-buahan menjadi masam, air menjadi pahit, tanahpun menjadi debu. Pada waktu itu Adam yang sedang berada di Mekkah merasa aneh atas apa yang terjadi. Ketika ia pergi ke India untuk mencari kabar berita, tahulah ia bahwa Qabil telah membunuh Habil. Qabil tidak tahu apa yang akan ia perbuat dengan mayat saudaranya, lalu Allah memanggilnya, “Qabil, di mana saudaramu Habil?” Qabil berkata, “saya tidak tahu. Saya bukan penjaganya.” Allah berkata kepadanya, “sesungguhnya darah saudaramu telah memanggilku dari dalam tanah, mengapa kau bunuh saudaramu?” Qbail pun menjawab, “maka dimanakah darahnya jika aku telah membunuhnya?” pada waktu itu, tanah telah meminum menyerap darahnya, mka Allah mengharamkan kepada bumi pada hari itu untuk meminum darah setelah itu salamanya. Qabil tidak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap jasad saudaranya, maka ia memanggulnya, selam satu tahun penuh sampai mengeluarkan bau busuk. Hewan-hewan buas dan burung-burung pun menanti dimana ia akan membuangnya, agar mereka dapat memakannya. Lalu Allah mengutus dua burung gagak yang saling membunuh. Salah satunya berhasil membunuh yang lain. Kemudian gagak myang membunuh memnggali lubang di tanah dengan paruh dan kakinya kemudian ia letakkan mayat gagak yang telah mati di dalamnya, lalu ia timbun kembali. Qabil memperhatikannya, lalu bangkit dan menggali lubang untuk saudaranya lalu menguburnya. Setelah kematian Habil, Adam hidup dalam kesedihan dan tidak tertawa selama 100 tahun, lalu malaikat datang kepadanya dan berkata, “Allah memberikan kepadamu umur yang panjang dan mengangkat derajatmu serta menyampaikan kabar gembira dengan kelahiran seorang anak laki-laki, maka Adampun tersenyum. Sedangkan Qabil, dikatakan kepadanya, “Pergilah, “maka ia pun pergi dalam keadaan terusir dan ketakutan, lalu ia pegang tangan saudarinya, Iqlima, dan pergi dengannya ke Aden Yaman. Kemudian syetan mendatanginya dan berkata kepadanya, “sesungguhnya api memakan kurban saudaramu karena saudaramu karena dia menghambakan diri kepada api dan menyembahnya,” maka Qabil membangun rumah untuk api dan menyembahnya. Qabil mempunyai seorang anak yang buta. Suatu ketika, ia sedang bersama anaknya. Ia berkata kepadanya, “ini bapakmu, Qabil, lalu ia melemparinya dengan apa yang ada ditangannya dan membunuhnya.” Allah mengikat tangan Qabil, sampai kakinya dan menghadapkannya ke matahari, berputar sebagaimana berputarnya matahari, agar merasakan panasnya. Di musim panas, ia dipagari dan dimusim dingin, ia dipagari salju sampai hari kiamat. Israiliyat dalam kisah ini sebagaimana yang dikatakan Sayyid Quthb bahwa, Al-Qur’an tidak menyebutkan waktu, tempat, maupun nama-nama kisah. Meskipun ada sebagian hadits yang mengemukakan tentang Qabil dan Habil bahwa mereka adalah anak Adam, dan perincian tentang masalah diantara mereka serta perselisihan di antara mereka, namun tidak memuat nama, waktu, dan tempat sepert yang disebutkan dalam kisah DAFTAR PUSTAKALoues Ma’luf , al-Munjid fi al-A’lam, Bairut Dar al-Masyriq, 1998 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, Kairo Maktabah Wahbah, 1990 Shalah Abdul Fattah al-Khalidy, Ma’a Qashashis-Saabiqiina fil-Qur’a, Damaskus Darul Qalam, Umar Sulaiman al-Asyqor, Kisah-Kisah Shahih dalam Al-Qur’an dan Sunnah diterjemahkan oleh Tim Pustaka ELBA. Tim UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Jakarta PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005, Jilid. 3 [1] Israiliyat berasal dari bahasa Arab, yaitu " قصة ", bentuk jamaknya adalah " قصص " dengan qaf dibaca kasrah. Kisah dalam bahasa Arab adalah berita-berita yang diriwayatkan dan diceritakan. Al-Qur'an telah menamakan berita-berita umat terdahulu yang disampaikan kepada kita dengan sebutan kisah. Secara etimologi kata Israiliyat إسرائیلیات merupakan bentuk jamak dari kata Israiliyah إسرائیلیة yang dinisbahkan pada Israil إسرائیل yang dalam bahasa Ibrani, kata Isra berarti hamba atau pilihan, dan berarti Allah. Israil ini tidak lain adalah julukan Nabi Ya’qub bin Ishaq, bapak dari keturunan-keturunan dari 12 anak. Kepadanya dinisbahkan pada Yahudi, lalu dikatakan Bani terminologis, Israiliyah merupakan sesuatu yang menyerap ke dalam tafsir dan hadis di mana periwayatannya berkaitan dengan sumber Yahudi dan Nasrani, baik menyangkut agama mereka atau tidak dan kenyataannya kisah-kisah tersebut merupakan pembauran dari berbagai agama dan kepercayaan yang masuk ke Jazirah Arab yang dibawa oleh orang-orang al-Dzahabi, secara terminologi Israilayat adalah kisah-kisah yang pada asalnya diriwayatkan orang Yahudi. Namun para ulama’ tafsir dan hadits menggunakanya juga lebih luas daripada kisah-kisah Yahudi. Maksudnya, setiap sesuatu yang masuk ke dalam tafsir dan hadits yang sumber periwayatannya kembali pada sumber orang Yahudi, Nasrani dan yang lain Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits Kairo Maktabah Wahbah, 1990, hal. 13. Lihat pula Syaikh Umar Sulaiman al-Asyqor, Kisah-Kisah Shahih dalam Al-Qur’an dan Sunnah diterjemahkan oleh Tim Pustaka ELBA. Lihat pula Tim UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Jakarta PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005, Jilid. 3, hal. 237. Bandingkan dengan Loues Ma’luf , al-Munjid fi al-A’lam Bairut Dar al-Masyriq, 1998, hal. 44. Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadits, hal. 13.
OxtFCh. lp5hwrs0ay.pages.dev/546lp5hwrs0ay.pages.dev/243lp5hwrs0ay.pages.dev/181lp5hwrs0ay.pages.dev/186lp5hwrs0ay.pages.dev/534lp5hwrs0ay.pages.dev/36lp5hwrs0ay.pages.dev/312lp5hwrs0ay.pages.dev/408
kisah israiliyat nabi adam